Ganniantology
Wahana berbagi angan dan tulisan. . .
Selasa, 24 Juli 2012
- Mengapa Kawan -
Kawan, entah mengapa kita bersua?
sayang-sayang kita tercipta berbeda dimana jua
Kawan, mengapa raga kita menyapa?
Sayang-sayang ruh diam tanpa bahasa
Kawan, mengapa kita mengenal?
Sayang-sayang waktu kita tak kekal
Kawan, mengapa kita berjanji sejati?
Sayang-sayang watak sendiri enggan mengerti
Kawan, mengapa ingin tau awan kadang kelabu?
Sayang-sayang mata enggan mencari tau
Kawan, mengapa kita saling tersenyum?
Sayang-sayang hati mengulum jarum
Kawan mengapa kita berkata iya?
Sayang-sayang tidak adanya
Kawan mengapa kita saling banyak berkata?
Sayang-sayang jujur pun tak ada
Kawan, mengapa kita saling memanjat do'a?
Sayang-sayang ikhlas entah kemana
Kawan, jangan tanya mengapa
Sayang-sayang aku tak tau jawabnya
Kawan aku tau jawabnya
Sayang-sayang kita tak menyadarinya
-Periuk Terpejam-
Sesederhana telapak membalik
Secepat surya berkedip
Dia menemui
Membawa sebenggala cinta dalam sampan
Menuang pada periuk
Menguras, mengaduk
Hati siapa tak bersemi
Disapa rampalan puisi tuan
Hati siapa yang bergeming
Bertaut pandang senyum terkembang
Senja menjemput pulang
Diiring angin menembus ilalang
Sejumput rindu berterbangan
Diatas kubang kehampaan
Sejumput rindu melontar tanya
Sayang sayang tertabrak hilang
Hilang siang hilang petang
Datang malam menabur kelam
Menebar layar hitam
Mengisi dengan temaram
Melempar periuk, merajam
Hingga berhias lebam
Dan terpejam
Pesona
Mengembarai beriring
ritme dari tuts-tuts alunkan cinta
Saling berekspresi
dengan galur ungu tulip langka
Mempesona
Hingga rembulan merona
Tersipi lalu mengulum
tawa,
Menerbit senyum
Menggoda
Sepasang angsa berdansa
menggelombangkan transversal rindu di atas kolam
Lalu memanjatkan
do’a-do’a cinta pada Yang Maha Cinta
Takzim
Sorak sorai angin
menggelitik lembut setiap telinga
Asyik-masyuk rupanya
Gemintang berperan lilin
dipadam
Mempesona
Hingga rembulan merona
Tersipu
Sampai sebelum fajar
Subuh menyapa
“Mari berjamaah, cinta”
[Budhe Nunu 2012]
Romansa Sepasang Cinta
Ini dari marunnya
langit-langit hati,
Nan sesak romansa
Dansa sepasang cinta
dipelataran purnama
Disoroti sinar anggun
melingkari,
Senyum-senyum sarat arti
Ada yang bertemu
disetiap kerling mata
Ada rindu disetiap
segaris senyum
Ada pesan disetiap cinta
yang mengudara
Kini ia membiru, hingga
kelabu
Pelan, namun pasti ia
terjatuh bersimpuh
Entah mengapa semua
menepi
Ada yang sendiri
Yang sendiri itu berdiri
dengan lutut
Mematut diri pada
kediaman yang bisu
Sedih ditingkah sendu
bertamu
Disambut rindu
Kini t’lah berganti
tokoh utama
Pun alurnya
Karena entah mengapa
semua menepi
Tirai disingkap dan digeser
Ada yang sendiri
Yang sendiri itu berdiri
dengan lutut di bawah janggut
Kepala bersandar,
Pada tunduk dan kaki
meja
[Budhe Nunu 2012]
Lirihkan!
Kalau sakit kau jangan
berteriak
Kalau senang apalagi
Kemana istighfar?!
Kemana tahmid?!
Apa sudah nglotok,
Bersama bulu srigala
ketika kau berperan domba dan sebaliknya?
Apa sudah menciut,
Bersama akhlaqul
karimahmu yang membutut
Kemana wejangan gurumu?!
Buat membetulkan laku
Biar tidak serong melulu
Apa sudah larut,
Bersama tidur siang bolongmu?!
Duh!
Jangan linglung
Karena ini bukan segaris lurus vektor da atas kertas kotak-kotak yang bikin
kepala berdengnung-dengung
Bukan lingkaran yang hanya berputar-putar seperti itu saja
Bukan! Bukan seperti aljabar
Apalagi transaksi pasar yang dibayar dengan selembar dua lembar
Jangan menggerutu
Karena ini bukan seperti menghitung-hitung receh,
Dan kembalian yang tak genap
Bukan seperti ‘tentukan’ yang tak tertentu
Bukan! Bukan!
Apa kau tak jua memahaminya?
Duh! Duh!
Jangan berteriak kalau tak mengerti!
Jangan berteriak kalau memohon dan meminta!
Jangan berteriak kalau mengadu!
Karena Dia bahkan Maha Bisa mendengar bisikan busuk jiwa kopongmu
Meski kau bungkam dan sembunyikan kealpaan dengan teriakkan dan dustaan
Walau kau poles luaran dengantasbih yang berputar-putar
(hanya sebatas diputar huh!)
Dan kau sebut—sebut “Aku sudah bersyukur”
Sedang kau terus teriak ngawur dan ngelantur
Duh! Duh! Duh!
Jangan sampai keluar jalur
Semoga,
Dan lirihkan suara,
Itu saja
[Budhe Nunu 2012]
Langganan:
Postingan (Atom)